A. Konsep normal dan konsep sakit
Konsep kenormalan memiliki kompleks dan tidak dapat didefinisikan secarta singkat dan jelas. Segala parameter pengukuran yang dipakai pada individu atau kelompok individu memiliki semacam nilai rata-rata yang dianggap normal. Nilai rata-rata untuk tinggi badan, berat badan dan tekanan darah diperoleh dari pengamatan banyak individu dan mencakup sejumlah variasi tertentu.
Variasi nilai-nilai normal terjadi karena beberapa alasan. Pertama, tiap orang berbeda dari yang lain dalam susunan genetik mereka. Kedua, tiap individu memiliki perbedaan dan pengalaman hidup dan interaksi mereka dengan lingkungan. Ketiga, pada tiap individu terdapat variasi parameter fisiologik karena cara mekanisme kontrol pada fungsi tubuh.
Penyakit didefinisikan sebagai perubahan pada individu-individu yang menyebabkan parameter kesehatan mereka di bawah kisaran normal. Penyakit dikatan ada, jika beberapa struktur dan fungsi tubuh menyimpang dari normal sampai pada suatu keadaan berupa rusak atau terancamnya kemampuan untuk mempertahankan homeostasis normal atau individu tidak dapat lagi menghadapi tantangan lingkungan. Berdasarkan anamnesis, penyakit merupakan suatu bentuk kehidupan baru, semacam pemilikan tubuh oleh agen dari luar.
B. Reaksi peradangan
Bila sel-sel atau jaringan-jaringan tubuh mengalami cidera atau mati, selama pejamu masih hidup, jaringan hidup disekitarnya membuat suatu respons mencolok yang disebut peradangan atau inflamasi. Peradangan atau inflamasi sebenarnya merupakan fenomena yang menguntungkan dan defensive, yang menghasilkan netralisasi dan eliminasi agen penyerang, penghancuran jaringan nekrotik, dan terbentuknya keadaan untuk perbaikan dan pemulihan. Reaksi peradangan merupakan suatu proses yang dinamik dan kontinu pada kejadian yang terkoordinasi dengan baik. Untuk memunculkan manifestasi suatu reaksi peradangan, sebuah jaringan harus hidup dan khususnya memiliki mikrosirkulasi fungsional.
Inflamasi melaksankan tugas pertahanannya dengan mengencerkan, menghancurkan atau menetralkan agen berbahaya. Inflamasi kemudian menggerakkan agen berbagai kejadian yang akhirnya menyembuhkan dan menyusun kembali tempat terjadinya jejas.
Walaupun inflamasi membantu membersihkan infeksi dan bersama-sama dengan proses perbaikan memungkinkan terjadinya penyembuhan luka, baik inflamasi maupun proses perbaikan sangat potensial menimbulkan bahaya. Oleh karena itu, respons radang merupakan dasar terjadinya reaksi anafilaktik yang mengancam nyawa akibat gigitan serangga atau obat, dan merupakan dasar terjadinya penyakit kronik tertentu, seperti atriris rheumatoid dan aterosklerosis.
Peradangan dibedakan menjadi dua, yaitu peradangan akut dan peradangan kronik. Peradangan akut merupakan respons langsung tubuh terhadap cedera atau kematian sel. Ditemukan tanda-tanda pokok yang muncul pada peradangan, yaitu kemerahan, panas, nyeri, pembengkakan dan perubahan fungsi , atau dalam bahasa klasik, rubor, kalor, dolor, tumor dan fungsio lasea.
Peradangan kronik ditandai dengan hal-hal berikut infiltrasi sel mononuclear, destruksi jaringan dan repair yang melibatkan proliferasi pembuluh darah baru dan fibrosis. Peradangan kronik dapat berkembang dari peradangan akut. Perubahan ini terjadi ketika respons akut tidak teratasi karena agen cedera yang menetap atau karena gangguan proses penyembuhan normal.
C. Aspek-aspek cairan pada peradangan
1. Eksudasi
Pergeseran cairan yang terjadi secara bertahap pada reaksi peradangan berlangsung sangat cepat dan mengandung protein olasma dalam jumlah yang cukup signifikan, keaadaan ini disebut dengan eksudat. Proses ini diiikuti oleh pergeseran keseimbangan osmotik, dan air keluar bersama protein, menimbulkan pembengkakan jaringan. Dilatasi arteriol menimbulkan hyperemia local dan kemerahan juga menimbulkan peningkatan tekanan intravascular local karena pembuluh darah membengkak. Namun,faktor utama adalah permeabilitas pembuluh darah terhadap protein.
2. Limfatik dan aliran limf
Jika suatu daerah meradang, biasanya terjadi peningkatan mencolok pada aliran limfe yang keluar dari daerah tersebut. Pada perjalanan peradangan akut, sel-sel pelapis yang berdekatan pada limfatik terkecil agak terpisah, sama seperti yang terjadi di venul, memungkinkan akses yang lebih cepat bagi zat-zat dari celah jaringan untuk masuk ke dalam limfatik. Saluran limfatik dipertahankan dalam posisi terbuka karena sebuah jaringan membengkak akibat suatu sistem serabut jaringan ikat yang tertambat pada dinding limfatik. Pada semua keadaan, tidak hanya aliran limf yang meningkat tetapi juga kandungan protein dan sel pada limf juga meningkat selama peradangan akut.
D. Peran flora normal
Mikroflora merupakan populasi mikroorganisme yang gterdapat pada kulit, mukosa,organ, dan lain-lain dalam tubuh orang sehat. Ada 2 golongan mikroflora, yaitu mikroflora tetap dan mikroflora sementara. Mikroflora tetap adalah mikroflora yang menetap pada tempat tertentu dan bersifat apatogen. Sedangkan mikroflora sementara adalah mikroflora yang sementara tinggal pada tempat dan saat tertentu, bersifat apatogen dan biasanya berasal dari daerah sekitar.
Jika flora tetap masih utuh maka adanya flora sementara tidak mempunyai oengaruh. Sebaliknya jika tidak, maka flora sementara akan terjadi kolonisasi dan multiplikasi yang mengakibatkan infeksi. Pertumbuhan mikroflora dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, makanan, dan lain-lain.
Peran mikroflora tetap adalah mempertahankan keseimbangan dan menjaga fungsi normal tubuh dan berguna memproduksi vitamin K dakam usus. Jika mikroflora ini bermigrasi ke tempat lain lewat aliran darah dapat berubah menjadi pathogen dan menyebabkan infeksi.
E. Rasa hangat pada luka memar
Kalor atau panas terjadi bersamaan dengan kemerahan pada reaksi peradangan akut. Sebenarnya panas secara khas hanya merupakan reaksi peradangan yang terjadi pada permukaan tubuh, yang secara normal lebih dingin dari suhu inti tubuh. Daerah peradangan di kulit menjadi lebih hangat dari daerah sekelilingnya karena lebih banyak darah (pada suhu 37 0C) dialirkan dari dalam tubuh ke permukaan daerah yang terkena dibandingkan dengan ke daerah yang normal.
F. Rasa nyeri pada luka memar
Dolor atau nyeri pada suatu reaksi peradangan ditimbulkan dalam berbagai cara. Perubahan pH local atau konsentrasi local ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf. hal yang sama, pelepasan zat-zat kimia tertentu seperti histamine atau zat-zat kimia bioaktif lain dapat merangsang saraf. Selain itu, pembengkakan jaringan yang meradang menyebabkan tekanan lokal yang dapat menimbulkan nyeri.
G. Perbedaan panas karena peradangan dan demam
Panas pada peradangan diakibatkan karena lebih banyak darah (pada suhu 370C) dialirkan dari dalam tubuh ke permukaan daerah yang terkena cedera dibandingkan dengan ke daerah yang normal, dimana suhu tersebut melebihi dari suhu normal permukaan tubuh yang seharusnya dibawah suhu inti tubuh.
Sedangkan mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap pirogen. Pada mekanisme ini, bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh bergranula besar. Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil pemecahan bakteri dan melepaskan zat interleukin-1 ke dalam cairan tubuh, yang disebut juga zat pirogen leukosit atau pirogen endogen. Interleukin-1 ketika sampai di hipotalamus akan menimbulkan demam dengan cara meningkatkan temperature tubuh dalam waktu 8 – 10 menit. Interleukin-1 juga menginduksi pembentukan prostaglandin, terutama prostaglandin E2, atau zat yang mirip dengan zat ini, yang selanjutnya bekerja di hipotalamus untuk membangkitkan reaksi demam.
Konsep kenormalan memiliki kompleks dan tidak dapat didefinisikan secarta singkat dan jelas. Segala parameter pengukuran yang dipakai pada individu atau kelompok individu memiliki semacam nilai rata-rata yang dianggap normal. Nilai rata-rata untuk tinggi badan, berat badan dan tekanan darah diperoleh dari pengamatan banyak individu dan mencakup sejumlah variasi tertentu.
Variasi nilai-nilai normal terjadi karena beberapa alasan. Pertama, tiap orang berbeda dari yang lain dalam susunan genetik mereka. Kedua, tiap individu memiliki perbedaan dan pengalaman hidup dan interaksi mereka dengan lingkungan. Ketiga, pada tiap individu terdapat variasi parameter fisiologik karena cara mekanisme kontrol pada fungsi tubuh.
Penyakit didefinisikan sebagai perubahan pada individu-individu yang menyebabkan parameter kesehatan mereka di bawah kisaran normal. Penyakit dikatan ada, jika beberapa struktur dan fungsi tubuh menyimpang dari normal sampai pada suatu keadaan berupa rusak atau terancamnya kemampuan untuk mempertahankan homeostasis normal atau individu tidak dapat lagi menghadapi tantangan lingkungan. Berdasarkan anamnesis, penyakit merupakan suatu bentuk kehidupan baru, semacam pemilikan tubuh oleh agen dari luar.
B. Reaksi peradangan
Bila sel-sel atau jaringan-jaringan tubuh mengalami cidera atau mati, selama pejamu masih hidup, jaringan hidup disekitarnya membuat suatu respons mencolok yang disebut peradangan atau inflamasi. Peradangan atau inflamasi sebenarnya merupakan fenomena yang menguntungkan dan defensive, yang menghasilkan netralisasi dan eliminasi agen penyerang, penghancuran jaringan nekrotik, dan terbentuknya keadaan untuk perbaikan dan pemulihan. Reaksi peradangan merupakan suatu proses yang dinamik dan kontinu pada kejadian yang terkoordinasi dengan baik. Untuk memunculkan manifestasi suatu reaksi peradangan, sebuah jaringan harus hidup dan khususnya memiliki mikrosirkulasi fungsional.
Inflamasi melaksankan tugas pertahanannya dengan mengencerkan, menghancurkan atau menetralkan agen berbahaya. Inflamasi kemudian menggerakkan agen berbagai kejadian yang akhirnya menyembuhkan dan menyusun kembali tempat terjadinya jejas.
Walaupun inflamasi membantu membersihkan infeksi dan bersama-sama dengan proses perbaikan memungkinkan terjadinya penyembuhan luka, baik inflamasi maupun proses perbaikan sangat potensial menimbulkan bahaya. Oleh karena itu, respons radang merupakan dasar terjadinya reaksi anafilaktik yang mengancam nyawa akibat gigitan serangga atau obat, dan merupakan dasar terjadinya penyakit kronik tertentu, seperti atriris rheumatoid dan aterosklerosis.
Peradangan dibedakan menjadi dua, yaitu peradangan akut dan peradangan kronik. Peradangan akut merupakan respons langsung tubuh terhadap cedera atau kematian sel. Ditemukan tanda-tanda pokok yang muncul pada peradangan, yaitu kemerahan, panas, nyeri, pembengkakan dan perubahan fungsi , atau dalam bahasa klasik, rubor, kalor, dolor, tumor dan fungsio lasea.
Peradangan kronik ditandai dengan hal-hal berikut infiltrasi sel mononuclear, destruksi jaringan dan repair yang melibatkan proliferasi pembuluh darah baru dan fibrosis. Peradangan kronik dapat berkembang dari peradangan akut. Perubahan ini terjadi ketika respons akut tidak teratasi karena agen cedera yang menetap atau karena gangguan proses penyembuhan normal.
C. Aspek-aspek cairan pada peradangan
1. Eksudasi
Pergeseran cairan yang terjadi secara bertahap pada reaksi peradangan berlangsung sangat cepat dan mengandung protein olasma dalam jumlah yang cukup signifikan, keaadaan ini disebut dengan eksudat. Proses ini diiikuti oleh pergeseran keseimbangan osmotik, dan air keluar bersama protein, menimbulkan pembengkakan jaringan. Dilatasi arteriol menimbulkan hyperemia local dan kemerahan juga menimbulkan peningkatan tekanan intravascular local karena pembuluh darah membengkak. Namun,faktor utama adalah permeabilitas pembuluh darah terhadap protein.
2. Limfatik dan aliran limf
Jika suatu daerah meradang, biasanya terjadi peningkatan mencolok pada aliran limfe yang keluar dari daerah tersebut. Pada perjalanan peradangan akut, sel-sel pelapis yang berdekatan pada limfatik terkecil agak terpisah, sama seperti yang terjadi di venul, memungkinkan akses yang lebih cepat bagi zat-zat dari celah jaringan untuk masuk ke dalam limfatik. Saluran limfatik dipertahankan dalam posisi terbuka karena sebuah jaringan membengkak akibat suatu sistem serabut jaringan ikat yang tertambat pada dinding limfatik. Pada semua keadaan, tidak hanya aliran limf yang meningkat tetapi juga kandungan protein dan sel pada limf juga meningkat selama peradangan akut.
D. Peran flora normal
Mikroflora merupakan populasi mikroorganisme yang gterdapat pada kulit, mukosa,organ, dan lain-lain dalam tubuh orang sehat. Ada 2 golongan mikroflora, yaitu mikroflora tetap dan mikroflora sementara. Mikroflora tetap adalah mikroflora yang menetap pada tempat tertentu dan bersifat apatogen. Sedangkan mikroflora sementara adalah mikroflora yang sementara tinggal pada tempat dan saat tertentu, bersifat apatogen dan biasanya berasal dari daerah sekitar.
Jika flora tetap masih utuh maka adanya flora sementara tidak mempunyai oengaruh. Sebaliknya jika tidak, maka flora sementara akan terjadi kolonisasi dan multiplikasi yang mengakibatkan infeksi. Pertumbuhan mikroflora dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, makanan, dan lain-lain.
Peran mikroflora tetap adalah mempertahankan keseimbangan dan menjaga fungsi normal tubuh dan berguna memproduksi vitamin K dakam usus. Jika mikroflora ini bermigrasi ke tempat lain lewat aliran darah dapat berubah menjadi pathogen dan menyebabkan infeksi.
E. Rasa hangat pada luka memar
Kalor atau panas terjadi bersamaan dengan kemerahan pada reaksi peradangan akut. Sebenarnya panas secara khas hanya merupakan reaksi peradangan yang terjadi pada permukaan tubuh, yang secara normal lebih dingin dari suhu inti tubuh. Daerah peradangan di kulit menjadi lebih hangat dari daerah sekelilingnya karena lebih banyak darah (pada suhu 37 0C) dialirkan dari dalam tubuh ke permukaan daerah yang terkena dibandingkan dengan ke daerah yang normal.
F. Rasa nyeri pada luka memar
Dolor atau nyeri pada suatu reaksi peradangan ditimbulkan dalam berbagai cara. Perubahan pH local atau konsentrasi local ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf. hal yang sama, pelepasan zat-zat kimia tertentu seperti histamine atau zat-zat kimia bioaktif lain dapat merangsang saraf. Selain itu, pembengkakan jaringan yang meradang menyebabkan tekanan lokal yang dapat menimbulkan nyeri.
G. Perbedaan panas karena peradangan dan demam
Panas pada peradangan diakibatkan karena lebih banyak darah (pada suhu 370C) dialirkan dari dalam tubuh ke permukaan daerah yang terkena cedera dibandingkan dengan ke daerah yang normal, dimana suhu tersebut melebihi dari suhu normal permukaan tubuh yang seharusnya dibawah suhu inti tubuh.
Sedangkan mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap pirogen. Pada mekanisme ini, bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis oleh leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh bergranula besar. Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil pemecahan bakteri dan melepaskan zat interleukin-1 ke dalam cairan tubuh, yang disebut juga zat pirogen leukosit atau pirogen endogen. Interleukin-1 ketika sampai di hipotalamus akan menimbulkan demam dengan cara meningkatkan temperature tubuh dalam waktu 8 – 10 menit. Interleukin-1 juga menginduksi pembentukan prostaglandin, terutama prostaglandin E2, atau zat yang mirip dengan zat ini, yang selanjutnya bekerja di hipotalamus untuk membangkitkan reaksi demam.
0 comments:
Posting Komentar