DEFINISI
Dispnea atau sesak nafas dapat didefinisikan sebagai ketidak nyamanan dalam bernafas yang bersifat subjektif dengan kualitas dan intensitas keluhan yang bervariasi. Keluhan ini terjadi akibat interaksi berbagai faktor fisiologis, psikologis, social dan lingkungan. Dispnea merupakan suatu gejala, dan harus dibedakan dengan tanda peningkatan kerja pernafasan.
DIAGNOSIS BANDING
1. Dispnea karena gangguan sistem pernafasan
2. Dispnea karena gangguan jantung
3. Dispnea karena gangguan penyakit lainnya
1. Dispnea karena gangguan sistem pernafasan
Berbagai gangguan pada pusat pernafasaan yang menyebabkan sesak dapat terjadi akibat peningkatan aktivitas pusat pernafasan (bronkospasme akut, edema interstinal, embolisme paru, asma, letak geografis tinggi, kadar progesterone tinggi, dan obat-obatan seperti aspirin), gangguan pompa ventilasi (asma, emfisema, bronchitis kronik, dan bronkeaktasis) dan gangguan pada pertukaran gas (pneumonis, edema paru, dan aspirasi). Selain itu berbagai kondisi yang membuat dinding dada menjadi kaku (miastenia gravis atau sindrom Guillain-Barre) serta keadaan seperti efusi pleura yang luas juga dpat meningkatkan kerja pernafasan maupun menstimulasi reseptor di paru jika telah terjadi atelektasis.
Informasi tentang onset terjadi sesak sangat penting untuk mengetahui penyebab sesak oleh sistem pernafasan. Pasien yang mengalami sesak akut yang baru saja terjadi (dalam jam sampai hari) mungkin mengalami penyait akut yang memengaruhi jalan nafas (serangan asma akut), parenkim paru (edema paru akut atau proses infeksi akut seperti pneumonia bakteri), rongga pleura (pneumothoraks), atau pembuluh darah paru (emboli paru). Sesak yang terjadi secara subakut (dalam hari atau minggu) dapat menunjukkan adanya eksaserbasi penyakit pernafasan yang telah ada sebelumnya (asma atau bronchitis kronik), infeksi parenkim yang indolen (pneumonia Peneumocystis Carinii pada pasien AIDS, pneumonia mikobakterial atau jamur), proses inflamasi noninfeksi yang terjadi secara perlahan , penyakit pleura, atau penyakit jantung kronik. Sesak yang terjadi secara kronik seringkali menunjukkan adanya penyakit paru obstruktif kronik, penyakit paru interstitial kronik, atau penyakit jantung kronik . penyakit-penyakit kronik pada jalan nafas ditandai dengan adanya periode eksaserbasi dan remisi. Pasien seringkali mengalami periode sesak yang sangatn berat, namun juga diselingin oleh periode dimana gejala hanya minimal atau tidak ada sama sekali. Sebaliknya, banyak dari penyakit-penyakit parenkim paru ditandai oleh proses yang lambat namun tidak dapat diperbaiki.
2. Dispnea yang berhubungan dengan sistem kardiovaskular
a. Keadaan curah jantung tinggi: anemia, shunt intrakardiak, dan hipertiroidisme.
b. Keadaan curah jantung normal: obesitas, disfungsi diastolic akiban hipertensi, stenosis aorta, atau kardiomiopati hipertrofik.
c. Keadaan curah jantung rendah: penyakit pada miokardium yang berasal dari penyakit arteri koroner dan kardiomiopati noniskemik serta penyakit pericardial, misalnya perikarditis konstriktiva.
3. Dispnea karena sebab lain
a. Dispnea akibat asidosis metabolic
b. Penyebab lainnya: dispnea juga menjadi salah satu gejala gangguan psikiatrik, seperti gangguan panic
Penatalaksanaan ditujukan untuk mengatasi masalah yang mendasari timbulnya gejala sesuai dengan penyakit dasar. Jika hal ini tidak mungkin, maka tujuanya adalah mengurangu intensitas gejala dan efeknya pada kualitas hidup pasien. Oksigen tambahan harus diberikan jika saturasi oksigen saat istirahat sebesar <90%atau jika saturasi turun di bawah level ini ketika beraktivitas. Untuk pasien PPOK, program rehabilitasi paru telah membuktikan efek yang positif terhadap dispnea, kapasitas latihan dan angka perawatan di rumah sakit.