DEFINISI
Hipotermia didefinisikan sebagai keadaan dimana suhu inti tubuh<350C (950F). Suhu yang rendah ini mungkin akan sulit untuk dideteksi karena thermometer klinis yang biasa dipakai pada umumnya tidak akurat untuk mengukur suhu yang lebih kecil dari 350C.
Hipotermia terjadi saat terdapat ketidakseimbangan pertukaran panas tubuh dan saat pengeluaran panas tubuh (melalui radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi) tidak dapat diimbangi oleh produksi panas tubuh. Namun sebenarnya hipotermia tidak harus selalu berhubungan dengan kondisi cuaca yang ekstrim.
Beberapa penelitian di rumah sakit mendapatkan bahwa hipotermia memiliki angka kematian sebesar hampir 50%. Beberapa faktor yang meninggikan risiko kematian akibat hipotermia antara lain usia lanjut, penyakit kronik, penyalahgunaan zat / obat dan tidak adanya tempat tinggal.
Pada dasarnya hipotermia dapat dikelompokkan dalam dua golongan yaitu hipotermia yang tidak disengaja / accidental dan hipotermia yang disengaja / intentional (contohnya yang dilakukan dalam operasi bypass jantung). Nah yang akan dibahas nanti adalah hipotermia yang tidak disengaja.
DIAGNOSIS BANDING
Hipotermia tidak hanya terjadi pada suhu lingkungan yang sangat dingin. Peningkatan pengeluaran panas tubuh juga dapat terjadi karena faktor lingkungan (terutama kombinasi antar suhu dingin, keadaan basah dan adanya dingin), perlindungan pakaian yang tidak adekuat, tubuh kurus, atau adanya beberapa penyakit kulit. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa infeksi, khusunya sepsis , merupakan penyebab hipotermia yang paling sering dijumpai. Selain itu beberapa kondisi klinis yang didapat sering menyebabkan terjadinya hipotermia adalah penyalahgunaan zat ( khusunya alcohol), trauma dan kelainan endokrin. Berbagai keadaan atau penyakit yang menjadi penyebab hipotermia diantaranya:
1. Lingkungan
a. Suhu yang dingin
b. Angin yang dingin
c. Air dingin
2. Perilaku
a. Pakaian yang tidak adekuat tau basah
b. Berada dibawah air
c. Paparan dingin yang lama
d. Kurang fit
e. Kelelahan
3. Obat-obatan / zat
a. Alcohol
b. Nikotin
c. Opiate
d. Barbiturate
e. Benzodiazepine
f. Antidepresan trisiklik
g. Fenotiazin
4. Menurunnya kemampuan termoregulasi
a. Usia ekstrim
b. Cedera sistem saraf pusat
c. Stroke
d. Ensefalopati wernicke
e. Luka bakar
f. Sepsis
g. Infark miokard akut
h. Gagal ginjal kronik
i. Pancreatitis
j. Keganasan
5. Menurunnya kemampuan produksi panas tubuh
a. Hipotiroidisme
b. Hiopoglikemia
c. Insufisiensi adrenal
d. Anoreksia
e. Kurang tidur
TATA LAKSANA
Pertama, pada pasien hipotermia perlu dilakukan pemantauan denyut nadi arteri karotis denga seksama karena bradikardia sering terjadi dan artefak akibat menggigil dapat menyerupai fibrilasi ventrikel.
Kedua, fibrilasi yang terjadi seringkali tidak berespon terhadap terapi listrik defibrilasi ataupun obat-obatan sampai pasien dihangatkan. Selain itu, bila suhu inti pasien <>0C. Berkaitan degan pemberian obat-obatan , pada suhu tubuh yang rendah efek farmakologik berbagai obat juga akan berkurang. Obat yang dianggap paling efektif untuk mengatasi fibrilasi ventrikel pada pasien hipotermia adalah bretylium tosylate yang memiliki efek langsung pada miokardium dengan dosis 10g/kg secara intravena.
Terapi penghangatan dimulai dengan kecepatan penghangatan yang aman (10-20C per jam) dan teknik penghangatan sesuai tingkat keparahan pasien. Secara keseluruhan terdapat 3 macam teknik penghangatan yang digunakan, yaitu :
1. Penghangatan eksternal pasif. Teknik ini merupakan terapi pilihan untuk hipotermia ringan. Pada teknik ini singkirkan baju basah pasien kemudian tutupi tubuh pasien dengan selimut atau insulasi lain. Hal ini akan membatasi pelepasan panas tubuh pasien dan membiarkan tubuh pasien untuk memproduksi panas tubuh dan meningkatkan suhu inti tubuh karena pasien dengan hipotermi ringan masih dapat meningkatkan produksi panas tubuh dengan menggigil.
2. Penghangatan eksternal aktif. Teknik ini digunakan untuk pasien dengan hipotermia sedang atau untuk pasien yang tidak berespon dengan penghangatan eksternal pasif. Selimut hangat, mandi air hangat atau lempeng pemanas digunakan untuk menghangantkan pasien. Selain itu dapat pula diberikan cairan infuse hangat intravena (suhu 390-400C) atau oksigen yang dipanaskan (suhu 4200-460C) dan dilembabkan. Komplikasi yang sering terjadi akibat teknik ini adalah afterdrop atau rewarming shock. Pada penghangatan eksternal terjadi vasodilatasi perifer dan darah yang dingin dari ekstrimitas kembali ke sirkulasi inti tubuh sehingga dapat terjadi penurunan tekanan darah dan peningkatan kerja miokardium yang semula tertekan. Hal ini meningkatkan risiko terjadinya fibrilasi ventrikel.
3. Penghangatan internal aktif. Dalam teknik yang digunakan untuk hipotermia berat ini, pemberian oksigen hangat dan lembab dengan suhu 420 -460C serta cairan infus intavena hangat dengan suhu 430C dapat terus diberikan.
Cairan infus intravena yang diberikan adalah cairan NaCl 0,9% atau cairan intravena campuran dekstrosa 5% dalam NaCL 0,9%.
Referensi:
Buku “Lima Puluh Masalah Kesehatan Di Bidang Penyakit Dalam” terbitan FK UI, tahun 2008
1 comments:
thank buat infonya gan , bermanfaat sekali....
Posting Komentar